Kawasan ini terletak sekitar 26 km di sebelah Utara ibukota Kabupaten Wonosobo, dengan ketinggian mencapai 6000 kaki atau 2.093 m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin. Temperatur berkisar 15—20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Bahkan, suhu udara terkadang dapat mencapai 0°C di pagi hari, terutama antara Juli—Agustus. Penduduk setempat menyebut suhu ekstrem itu sebagai bun upas yang artinya "embun racun" karena embun ini menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Banyak peninggalan sejarah yang tak ternilai di kawasan ini, serta segudang potensi alam yang belum tergali. Namun sejumlah masalah juga menggelayuti kawasan ini. Dieng kini seolah terlupakan, bahkan terancam oleh ulah tangan manusia sendiri.
Untuk mencapai kawasan ini, Anda bisa melalui Kabupaten Wonosobo, karena lebih dekat, kendati jalan berliku serta jurang dengan dinding yang terjal di kiri kanan jalan. Saat Anda tiba di lokasi, pemandangan berubah. Jurang dan dinding yang terjal, berganti dengan pemandangan baru.
Dataran tinggi Dieng yang berada di ketinggian 2000 kaki dari permukaan laut ini dikelilingi perbukitan, bagaikan gelang raksasa. Anda seolah berada di dunia yang baru. Dieng memiliki tiga dataran. Konon dataran ini terbentuk, akibat letusan dashyat Gunung Merapi, hingga bagian puncak gunung terlempar.
Suhu sangat dingin dan menusuk tulang. Pada siang hari, dinginnya bisa berkisar antara 10 hingga 20 derajat selsius. Bahkan, pada pagi hari, suhu bisa mencapai titik beku, alias nol derajat celsius. Disini, Anda cukup kesulitan untuk mencari hotel yang layak. Hanya penginapan sederhana namun pelayanannya cukup memuaskan.
Dieng menyimpan sejarah masa lalu. Komplek candi ini dibangun di bekas cekungan sisa kawah. Konon ini merupakan bangunan Hindu tertua di Jawa Tengah yang dibangun sekitar abad ke tujuh, lebih tua dari prambanan yang dibangun pada abad ke delapan.
Para ahli arkeolog yakin komunitas hindu didataran tinggi Dieng adalah awal lahirnya Dinasty Syailendra yang pada jamannya membangun candi yang monumental dalam sejarah. Selain reruntuhan candi kita juga menemukan reruntuhan sisa – sisa kerajaan masa lampau. Yang unik, candi-candi disekitar dieng ini dinamai tokoh-tokoh pewayangan Pandawa Lima.
Ada empat kelompok candi dengan total 8 candi, yakni kelompok Candi Dwarawati dan Parikesit, kelompok Candi Dwarawati Timur, kelompok Candi Setyaki, Ontorejo, Petruk, Nala Gareng, dan Nakula-Sadewa, serta kelompok Candi Arjuna, Semar, Sembodro, Puntadewa, dan Srikandi.Kelompok bangunan candi dieng ini terletak pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut dan ditemukan pada sekitar tahun 1800.
Lansekap kedelapan candi, menempatkan candi Arjuna berada di tengah. Candi ini konon dibangun untuk sebuah kegiatan ritual, karena ada kepercayaan bawa roh-roh leluhur tinggal bersemayam di pegunungan.
Sang arsitek candi ini cukup cerdik, karena membangun candi di dataran tinggi ini tidaklah mudah, harus memperhatikan struktur tanah dan air yang merupakan bagian penting bagi sebuah upacara ritual. Masih ada belasan candi lain yang masih tertimbun tanah dan menunggu untuk digali.
Sebagian masyarakat disini percaya, bahwa telaga ini adalah tempat permandian para dewa dan dewi, sehingga banyak peziarah yang datang untuk mengharapkan berkah. Saat Anda menyusurinya, ada tiga gua di pinggiran telaga. Salah satu adalah gua Semar. Gua ini kerap digunakan untuk bersemedi.
Saat Anda masuk kedalam serling terlihat sisa sesaji. Penjaga gua mengatakan, gua ini kabarnya kerap dikunjungi pejabat, bahkan sejumlah mantan presiden. Namun, kini telaga ini tidak lagi berwarna, akibat pembabatan hutan dan perusakan lingkungan.
Dieng boleh dibilang adalah paduan antara keindahan alam dan budaya. Namun Dieng saat ini sedang merana, sebagian kawasan hutan pegunungan ini mulai gundul. Sekali lagi ini akibat ulah manusia yang serakah dengan membuka lahan dengan cara menebas hutan.
Menikmati panorama Dieng seakan tidak akan lengkap bila anda tidak mengunjungi sejumlah kawah di pegunungan ini. Di pegunungan ini ada dua puluh empat lubang kawah yang menyemburkan belerang panas. Sudah lama puluhan kawah di Dieng ini menjadi objek menarik sekaligus langka, karena wisatawan bisa langsung mengamati kawah dari jarak yang sangat dekat.
Kawah didataran tinggi Dieng tergolong masih aktif, karena masih mengeluarkan belerang panas dan beberapa ada yang beracun. Jika anda tertarik untuk mengunjungi beberapa kawah yang terdapat di kawasan ini sebaiknya menanyakan kepada penduduk sekitar, kawah mana saja yang cukup aman dikunjungi. Salah satu kawah yang terkenal adalah kawah candradimuka, yang dinamai menurut cerita Gatot Kaca dilebur dikawah tersebut. Jalan untuk menuju tempat ini sangatlah menanjak dan jalan yang berliku sangat tajam.
Ada tiga kawah yang terkenal di sini, yakni Kawah Sikidang, Sileri dan Candradimuka. Untuk menuju Kawah Sikidang, Anda harus melalui jalan yang licin, serta melewati sejumlah kawah kecil. Kawah-kawah ini selalu berpindah – pindah tempat.
Kawah Sikidang ini merupakan kawah aktif yang menebar bau belerang yag begitu menyengat. Namun kawah ini sudah dibuka untuk wisatawan. Air Kawah Sikidang berwarna kehitaman, panasnya diperkirakan mencapai seratus derajat celcius, sehingga panasnya sudah terasa saat Anda berada di bibir kawah.
Kawah ini banyak dikunjungi para wisatawan asing maupun lokal ini. Namun Anda harus ekstra hati-hati mendekati kawah karena tidak ada pagar pembatas di bibir kawah.
Perjalanan Anda bisa berlanjut ke Kawah Sileri, yang letaknya berada di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kawah ini paling berbahaya, dan merupakan yang terluas di Dieng, yakni sekitar dua hektar. Pada tahun 1964 dan tahun 1984 kawah pernah dua kali meletus, sehingga pengunjung hanya diberi kesempatan melihat kawah ini dari jarak beberapa ratus meter saja.
Puas melihat Kawah Sileri, Anda melanjutkan perjalanan ke kawah Candradimuka. Kawah ini awalnya terbentuk dari pemunculan solfatara, yakni berupa gumpalan asap putih dari tanah yang merekah.
Banyak legenda rakyat tentang kawah ini. Dalam cerita pewayangan Jawa, kawah ini konon merupakan tempat dimana gatot kaca digodok dan menerima ajian pamungkas. Kawah candradimuka memiliki tiga lubang kawah dan yang paling aktif saat ini adalah lubang tiga.
Kawah ini merupakan energi yang besar. Puluhan kawah ini mengeluarkan tenaga panas bumi atau geotermal yang dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, dan empat diantaranya sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga bumi.
Untuk menikmati keindahan di kawasan Dieng, sebaiknya Anda sampai sebelum matahari terbit, karena cuaca Dieng termasuk unik. Selain menikmati matahari terbit dari balik dataran tinggi pegunungan cuaca bagus disini sangat cepat, mungkin karena iklim pegunungan yang cepat berubah dan sering turun kabut secara tiba-tiba. Kondisi cuaca yang sangat baik disini dari jam 6 sampai jam 9 pagi, jadi persiapkan diri Anda mau keobjek mana saja dalam waktu 3 jam.
0 komentar:
Posting Komentar