. .welcome to "ayie's zone". . biz leadt bLog ayie jangan lupa beri komentar di shout-box nd beri penilaian iaa

Indahnya Gunung Arjuno-Welirang

Puncak Gunung Arjuna

Puncak Gunung Arjuna

Puncak Gunung Arjuna dan G. Welirang terletak pada satu gunung yang sama dan terdapat di daerah Cangar-Sumber Brantas, Batu Malang berupa Taman Hutan Raya R. Soeryo, Jawa Timur. G. Arjuna dapat didaki dari dua arah yaitu dari arah Utara (Tretes) melalui G. Welirang, dan dari arah Timur (Lawang).

Gunung ini memiliki pemandangan yang khas dari gunung-gunung di daerah Pulau Jawa. Di gunung ini juga terdapat berbagai ekosistem yang menambah indahnya perjalanan menuju puncak gunung. Berbagai satwa yang dapat di temui dalam perjalanan ke puncak seperti, rusa, burung, monyet. Sepanjang lereng pegunung ini juga titumbuhu bergbagai tumbuhan berupa, hutan cemara serta edelweis. Untuk rute pemberangkatan dari arah Surabaya, kita naik bus jurusan Malang, turun di Pandaan dan ganti kendaraan (Colt) ke jurusan Tretes. Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Di Tretes juga banyak tersedia berbagai penginapan, dengan hawa pegunungan yang sejuk sehingga tempat ini dapat dijadikan tempat istirahat yang nyaman. Dari Pos Tretes kita dapat langsung memulai pendakian G. Welirang dan juga G. Arjuna. Setelah berjalan antara 2-3 jam dari Tretes kita dapat berhenti untuk ataupun bermalam, disini kita dapat mengambil air dan memasak atau mandi, karena air cukup melimpah. Untuk mendaki ke puncak kita akan melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu-batu. Setelah berjalan 5 jam kita akan sampai di persimpangan menuju arah puncak Gn.Arjuno dan Gn. Welirang. Persimpangan ini biasanya disebut Pos Pondo'an. Di puncak G. Welirang ada sebuah kawah penambangan belerang.

Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju G. Arjuna kita berjalan turun kembali kearah persimpangan tadi ± 10 menit. Perjalanan menuju puncak Gn.Arjuno kita akan melewati hutan cemara dengan melewati sebuah jurang dan pinggiran G. Kembar I dan G. Kembar II. Setelah berjalan 4-5 jam kita akan sampai di puncak G. Arjuna. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinamakan “Pasar Dieng�, ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batu­ yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke puncak hanya memakan waktu ± 10 menit yang merupakan puncak Gn. Arjuno. Puncak G. Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal.

Puncak G. Arjuna disebut juga dengan Puncak ‘Ogal-Agil’ atau ‘Puncak Ringgit. Setelah berkemah di puncak, besok paginya kita dapat turun ke kota Lawang atau ke arah timur dengan melewati hutan cemara, hutan tropis dan perdu. Kita juga akan melewati perkebunan teh Wonosari bagian utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat dan menyingkat waktu daripada kembali ke arah Tretes. Perjalanan turin ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.

Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (kira-kira 76 Km) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km. Dan Lawang kita naik kendaraan umum (angkutan desa) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km. Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas penjaga dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini.

Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari serta terus naik selama 3 - 4 jam perjalanan kita akan sampai di “Oro - Oro Ombo� yang merupakan tempat berkemah. Dari �Oro-oro Ombo� menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan “LaliJiwo� dan padang rumput serta jalananannya agak sedikit curam untuk menuju puncak terakhir ini. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah.

Air Terjun Bantimurung, "Kingdom of Butterfly"

Air Terjun Bantimurung

Air Terjun Bantimurung

Air Terjun Bantimurung merupakan obyek wisata alam di Sulawesi Selatan yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Berada di wilayah Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, air terjun ini memiliki lebar 20 meter dan tinggi 15 meter.

Airnya yang jernih dan sejuk meluncur dari atas gunung batu dengan deras sepanjang tahun. Di bawah curahan air terjun terdapat sebuah tempat pemandian dari landasan batu kapur yang keras dan tertutup lapisan mineral akibat aliran air selama ratusan tahun. Kedalaman air di pemandian ini antara mata kaki hingga ke pinggang.

Di sebelah kiri air terjun terdapat tangga beton setinggi 10 meter yang merupakan jalan menuju dua gua yang ada di sekitar air terjun, yaitu Gua Mimpi dan Gua Baru.

Selain memiliki air terjun yang mempesona, kawasan wisata Air Terjun Bantimurung juga menjadi habitat berbagai spesies kupu-kupu yang langka, sehingga penjajah Belanda pernah menjuluki tempat ini sebagai "Kingdom of Butterfly". Bahkan, seorang naturalis asal Inggris, Alfred Rassel Wallase, pernah tinggal di kawasan ini selama kurang lebih satu tahun (1856-1857) untuk meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tergolong langka itu.

Hingga saat ini, para pengunjung masih dapat menyaksikan indahnya warna-warni kupu-kupu dengan berbagai spesies yang berterbangan ke sana !“ ke mari di antara bunga-bunga dan semak-belukar yang memenuhi gunung batu Bantimurung.

Obyek wisata Air Terjun Bantimurung terletak sekitar 20 km dari Bandara Hasanuddin, 15 km dari kota Maros, dan 50 km dari Kota Makassar. Obyek wisata ini dapat dicapai dengan menggunakan mobil pribadi dari Kota Makassar sekitar 1 jam. Jika pengunjung berangkat dari Bandara Hasanuddin, perjalanan dapat ditempuh dengan mobil pete-pete (mikrolet) atau bus wisata sekitar 30 menit.

Biaya tiket masuk yang dibebankan sebesar Rp. 5.000,- untuk orang Dewasa dan Rp. 3.500,- untuk anak-anak.

Di lokasi wisata ini tersedia beberapa tempat peristirahatan berupa bungalow dan wisma bagi para pengunjung yang ingin lebih lama menikmati keindahan alamnya. Di sepanjang jalan masuk ke lokasi terdapat sejumlah pedagang souvenir kupu-kupu berbentuk gantungan kunci ataupun hiasan dinding dengan harga berkisar antara Rp.5.000,- hingga Rp. 25.000,-

AS Kembangkan Sistem GPS di Bulan

(Washington) - Nasa telah menghadiahi 1,2 Juta USD kepada tim riset dari Ohio State University atas dilakukannya proyek dalam 3 tahun mendatang untuk membangun sistem navigasi yang akan memberikan banyak manfaat ketika para astronot menggunakan GPS, demikian diumumkan pihak universitas.

Pada saat NASA kembali ke bulan departemen luar angkasa membuat target di tahun 2020 -- para astronauts tidak akan bisa menggunakan GPS untuk mencari jalan, sebab bulan tidak memiliki satelit pemancar sinyal GPS. Jadi sistem baru untuk di bulan ini bertumpu pada sinyal dari serangkaian alat sensor termasuk di dalamnya menara bulan, kamera-kamera stereo dan sensor gambaran orbital, dijelaskan kepala tim Rongxing Li.

Dana hibah ini mendorong Li untuk tetap melanjutkan pembuatan piranti lunak untuk Penjelajahan Mars AS dalam "Spirit and Opportunity". Para peneliti telah banyak mempelajari tentang navigasi dari hasil penelitian di planet merah. Teknologi baru alat-alat sensor, sistem navigasi inersia, kamera, prosesor komputer dan prosesor imej tentu akan mempermudah para astronot dalam perjalanan ke bulan selanjutnya.

Li menjelaskan bagaimana sistem itu bekerja, imej yang didapat dari orbit akan digabungkan dengan imej dari permukaan untuk membuat peta dari daratan bulan, sensor gerak pada alat dan pada astronot sendiri akan membuat komputer bisa mengkalkulasi lokasi keberadaan mereka. Sinyal dari suar lunar, pendaratan lunar dan basis stasiun akan mengirimkan gambar kepada para astronot, gambar yang dimaksud adalah gambar kondisi sekeliling para astronot sama seperti ketika pengendara mobil saat menggunakan perlengkapan GPS di bumi.

Para peneliti memberi nama sistem tersebut dengan sebutan Lunar Astronaut Spatial Orientation and Information System (LASOIS).Bagi tim Li, keselamatan para astronot akan menjadi prioritas utama, dimana mereka menyertakan para ahli kejiwaan dan interaksi manusia komputer dan juga ahli teknik.“Kami akan membantu dengan mengarahkan para astronot, dan juga kami akan menjamin kesehatan para astronot tentunya,” ujar Li.

“Kami ingin mereka terhindar dari stress yang disebabkan tersesat, atau frustasi dengan perlengkapan yang ada. Navigasi bulan bukan sekedar masalah teknologi, tapi juga biomedical,” terangnya.

Berdasarkan rencana yang telah dibuat Li, tim akan membuat sistem prototipe navigasi, kemudian mereka akan berangkat ke Mojave Desert di California untuk ujicoba dan menyempurnakannya. Tahun ke-3 sistem ini mungkin akan diujicobakan oleh para astronot dari NASA.

Phoenix 'Temukan' Es di Mars

(Amerika)-Pesawat jelajah Amerika, Phoenix, berhasil menguak bukti kuat tentang keberadaan es di Mars, demikian kata badan angkasa luar, NASA.

Sejumlah bungkahan benda putih yang ditemukan dalam parit yang digali oleh pesawat pendarat itu, lenyap dalam empat hari di planet Mars yang menunjukkan bahwa zat itu mencair.

Sewaktu menggali parit lainnya, tangan pendarat itu terhubungkan dengan permukaan keras pada kedalaman yang sama.Penemuan ini mendukung dugaan bahwa air terperangkap (tersimpan) di lapisan beku yang dekat ke permukaan Mars.

"Itu pasti es. Kepingan kecil itu lenyap seluruhnya dalam beberapa hari saja. Ini adalah bukti lengkap bahwa itu adalah es," kata Dr Peter Smith, penyelidik utama Phoenix yang berkantor di Universitas Arizona, Tucson.

Smith menyatakan ada yang menduga apakah benda putih cemerlang itu adalah garam. “Garam tidak bisa seperti itu," jelas Smith. Bungkahan sebesar ibu jari kaki itu tergali dari parit yang resmi disebut Dodo-Goldilocks, yang digali Phoenix dan dipotret pada hari ke-20 pesawat itu berada di Mars.

Empat hari kemudian, ketika parit itu difoto lagi, sebagian bungkahan itu hilang. Sebelumnya dalam misi ini, harapan untuk menemukan es menjadi sirna sewaktu sampel tanah yang digali oleh Phoenix tidak memperlihatkan bekas-bekas air.

Sementara bukti-bukti es di Mars sudah dikumpulkan sebelum ini, bagian dari misi Phoenix adalah untuk mencari bukti yang mendukung teori bahwa kawasan kutub di planet itu kemungkinan bisa dihuni.

Bio-ethanol dari Singkong Gantikan Minyak Tanah

Peneliti ITS Surabaya menemukan bio-ethanol dari singkong, atau bahan berkarbohidrat tinggi lainnya untuk menggantikan minyak tanah. Dengan menggunakan Bio ethanol ini pengguna dapat menghemat biaya karena perbandingan 1 liternya sama dengan 9 liter minyak tanah.

“Bio-ethanol itu sangat hemat, karena satu liter minyak bio-ethanol setara dengan sembilan liter minyak tanah biasa”, kata peneliti bio-ethanol, Ir Sri Nurhatika MP di Surabaya, kemarin.

Didampingi Pembantu Rektor (PR) IV ITS Surabaya, Prof Ir Eko Budi Djatmiko, ia mengatakan, harga satu liter bio-ethanol Rp 10.000, sedang sembilan liter minyak tanah berkisar Rp 27.000 dengan asumsi harga Rp 3.000/liter.

“Tidak hanya itu, bio-ethanol juga dapat dibuat sendiri oleh masyarakat, karena bahan pembuatan ethanol dapat ditemukan di pasar dan cara pembuatannya pun mudah”, terangnya.

Menurut Nurhatika, ethanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbohidrat, diantaranya ubi kayu, walur, kelapa sawit, tetes tebu, kacang koro, limbah tahu, limbah sampah dan sebagainya.

“Bahan paling ideal adalah ubi kayu yang di Jawa dikenal dengan sebutan singkong gendruwo, karena tingkat karbohidrat-nya cukup tinggi. Singkong gendruwo juga mengandung pati (racun) yang tak layak dikonsumsi,” jelasnya.Cara pembuatannya, kata dosen senior Biologi ITS Surabaya itu, singkong gendruwo itu ditumbuk halus, kemudian dimasak dengan panci sampai menjadi bubur.

“Hasilnya diberi ragi (proses fermentasi) dan didiamkan selama 4-5 hari sampai keluar ethanol-nya dengan kadar 90 persen. Kami menyebutnya dengan minyak tanah BE.40". Namun, kadar ethanol 90 persen itu belum cukup untuk berfungsi seperti minyak tanah, sebab kadar ethanol yang dibutuhkan adalah 95 persen. Karena itu, perlu ditingkatkan.

“Kalau kadar ethanol-nya di bawah 95 persen masih mengandung Pb (timbal), sedangkan bahan bakar harus bebas dari Pb, sebab kalau ada Pb-nya bisa meledak”, urainya. Untuk menaikkan kadar ethanol itu, katanya, perlu ditambahkan batu kapur (gamping), sehingga ethanol-nya menjadi 'bersih' dari Pb.

Selain itu, kompor minyak tanah bio-ethanol itu juga tidak bersumbu, sehingga dirinya bekerja sama dengan peneliti Teknik Mesin ITS Surabaya untuk membuat desain kompor bio-ethanol.

“Hasil desain Teknik Mesin ITS itu akhirnya kami kerjasamakan dengan Koperasi Manunggal Sejahtera Yogyakarta, untuk memproduksi kompor tanpa sumbu yang harganya Rp 40.000, ucap Nurhatika.

Oleh karena itu, minyak tanah bio-ethanol tidak hanya ekonomis, tapi juga terbukti tanpa jelaga. “Mungkin pemanasan minyak bio-ethanol yang agak lama. Misalnya, untuk memasak mie, kompor minyak tanah biasa hanya membutuhkan waktu 10 menit, sedangkan kompor bio-ethanol 2-3 menit lebih lama”, jelasnya meyakinkan.

Cumi Kolosal dengan Bola Mata Berdiameter 11 Inci Diteliti

Sebuah bola mata yang lebih besar daripada piring porselen makan malam, ditemukan tim ilmuwan kelautan internasional di Selandia Baru, pada cumi-cumi laut dalam yang sudah langka. Mesonychoteuthis hamiltoni atau yang juga dikenal dengan cumi kolosal.

Diameter mata cumi itu terukur sekitar 11 inci, dengan lensa yang setara buah jeruk. “Ini bola mata terbesar dalam sejarah dan yang pernah dipelajari dalam dunia hewan,” kata Eric Warrant, profesor indra penglihatan khusus hewan invertebrata dari University of Lund, Swedia.

Warrant adalah anggota tim yang meneliti jasad si cumi di Museum Te Papa Tongarewa. Sejak ditemukan terdampar di lepas pantai Laut Ross, Antartika Utara, tahun lalu, spesimen cumi kolosal yang pernah didapat itu memang dibekukan di museum nasional Selandia Baru itu. Panjangnya 26 kaki, berat sekitar lima kuintal, dengan satu dari sepasang bola matanya masih melekat di tempatnya.

Lensa matanya yang superbesar berperan menjaring sebanyak mungkin cahaya di laut dalam dan gelap yang diselaminya. Dengan kemampuannya itu, cumi kolosal masih bisa berburu dengan baik di kedalaman 6.500 kaki. Pemburu yang agresif, begitu jenis cumi ini dikenal.

Kawah Ijen, Kawah Eksotis Bernuansa Hijau Tosca


kawah ijenKawasan Wisata Kawah Ijen terletak di tengah area cagar alam Kawah Ijen yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bondowoso, Kecamatan Klobang dan Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Licin. Kawah ini berupa danau berwarna hijau tosca yang berda di ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut. Kawah itu berdinding kaldera setinggi 300-500m. Danau Ijen memiliki derajat keasaman nol, memiliki kedalaman 200 meter. Keasamannya cukup kuat untuk melarutkan pakaian dan jari manusia.

Dengan luas sekitar 5.466 hektar, air kawah Ijen cukup tenang dan berwarna hijau kebiru-biruan. Pemandangan di sana terlihat begitu menakjubkan di pagi hari. Air kawah yang volumenya sekitar 200 juta meter kubik dengan panas mencapai 200 derajat celcius itu memancarkan kemilau hijau keemasan saat sinar mentari menerpa dari balik Gunung Merapi, saudara kembar Gunung Ijen.

Untuk mencapai daerah ini terdapat dua cara, pertama melalui kota Banyuwangi sejauh 38 km ke barat melalui Licin-Jambu-Paltuding. Cara kedua yaitu melalui kota Bondowoso ke arah timur melalui Wonosari-Sempol-Paltuding sejauh 70 km. Namun meski jauh cara kedua ini yang paling banyak dipilih para pengunjung karena jalannya sudah beraspal mulus. Sedangkan rute lewat Banyuwangi jalannya masih berupa makadam dengan tanjakan yang cukup curam.

Jika lewat rute dari Bondowoso, dalam perjalanan akan melalui daerah terbatas areal perkebunan kopi yang mempunyai tiga pintu gerbang yang berbeda. Pada setiap pintu gerbang, pengunjung akan diminta untuk mengisi buku tamu dan menuliskan tujuan perjalanannya. Pemandangan kawasan ini sangat menarik dengan hamparan kebun kopi arabikanya yang hijau teratur, kemudian setelahnya ada hutan pinus milik Perhutani dan juga hutan perawan Cagar Alam Ijen-Merapi yang begitu lebat.

Perjalanan wisata ke kawah Ijen, dimulai dari Paltuding yang merupakan sebuah pos Perhutani di kaki gunung Merapi-Ijen. Dari sini terdapat jalan tanah menanjak ke ketinggian 2.400m dengan waktu tempuh 2 jam dengan berjalan santai. Tiba di bibir kawah, pemandangan menakjubkan akan segera tersaji di depan mata. Sebuah danau hijau dengan diameter sekitar 1 km yang berselimutkan kabut dan asap belerang berada jauh dibawah. Dari sini pengunjung bisa melihat penambang-penambang belerang yang berada di dekat danau. Untuk menuju ke danau, pengunjung harus menuruni bebatuan tebing kaldera melalui jalan setapak yang juga biasanya dilalui oleh para penambang. Sapu tangan basah disini sangat diperlukan, karena seringkali arah angin bertiup membawa asap menuju ke jalur penurunan.

Terdapat lokasi penambangan juga menjadi keunikan utama yang lain dari wisata Kawah Ijen selain tentunya keindahan panorama yang ada di sana. Penambangan belerang di sini masih memakai cara tradisional dimana pengangkutannya memakai cara dipikul tenaga manusia. Penambangan tradisional ini konon hanya terdapat di Indonesia yaitu di Welirang dan Ijen. Beban yang diangkut masing-masing penambang bisa mencapai berat 85kg. Beban ini luar biasa berat apalagi kalau harus diangkut melalui dinding kaldera yang begitu curam menuruni gunung sejauh 3km. Penghasilan yang diterima seorang penambang rata-rata Rp.25 ribu atau sekitar Rp.300,- per kilonya. Satu orang penambang biasanya hanya mampu membawa satu kali perjalanan setiap harinya, karena beratnya pekerjaan. Semua penambang akan berkumpul di bangunan bundar kuno peninggalan Belanda bertuliskan “Pengairan Kawah Ijen�, yang sekarang disebut sebagai Pos Bundar. Di pos inilah para penambang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya.

Tempat pengambilan belerang terdapat di dasar kawah, sejajar dengan permukaan danau. Asap putih pekat selalu keluar menyembur melalui pipa besi yang dihubungkan ke sumber belerang. Dari sinilah lelehan fumarol berwarna merah menyala meleleh keluar dan langsung membeku terkena udara dingin, membentuk padatan belerang berwarna kuning terang. Batu-batuan belerang inilah yang akan diambil. Dipotong dengan bantuan linggis dan kemudian langsung diangkut dalm keranjang.

Selain menuju permukaan danau, pengunjung dapat juga mengelilingi kaldera yang memakan waktu kurang lebih seharian penuh. Pendakian ke Kawah Ijen umumnya disarankan dimulai pada pagi hari. Demi alasan keamanan, pendakian ke kawah ijen dari Paltuding ditutup selepas pukul 14:00, karena pekatnya asap dan kemungkinan arah angin yang mengarah ke jalur pendakian. Untuk mengejar perjalanan di pagi hari, pengunjung disarankan menginap di kota terdekat yaitu Bondowoso atau Situbondo.

Jika menyukai suasana perkebunan, tempat yang berkesan untuk bermalam adalah Guest House Perkebunan Kopi PTP Nusantara XII di Kalisat, Jampit. Perkebunan inilah yang dilewati ketika menuju kawasan Ijen melalui rute Bondowoso. Tersedia pula sajian paket agro wisata mengunjungi kebun kopi dan melihat unit pemrosesan biji kopi. Selain itu juga terdapat pula Pondok Wisata di Paltuding yang cukup bersih, atau bisa membuka tenda di bumi perkemahan Paltuding.